Senin, 14 September 2015

My brother, My Boyfriend




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 12 September 2015

“Kenalkan, namaku Irna. Aku pindahan dari SMA 52 Jakarta. Semoga kita dapat berteman.” Ucap murid baru itu memperkenalkan diri. Semua siswa-siswi bertepuk tangan riuh.
“Dia cantik.” celoteh Nela langsung membuatku menekuk wajah 20 kali lipat.
“Dia cuma menebar pesonanya. Sebenarnya dia biasa-biasa saja.” bisikku kepada Nela yang hanya dibalas anggukan saja.
“heuuhh. Sepertinya dia saingan berat.” Ucapku kepada Nela, namun tak ada satupun balasan darinya. Lantas, langsung ku senggol lengannya. Dia menoleh.
“Apa?” tanyanya tanpa merasa bersalah. Langsung saja ku tatap tajam Nela, seperti mengisyaratkan ‘kau bodoh atau apa’.
Aku terus menatap murid baru itu. Dari gelagat dan posturnya, sepertinya dia orang mampu. “dasar anak kota” batinku. Sepertinya aku akan tidak sedikit suka padanya.
Dan, Degg!! Aku tersentak. What?? Dia duduk di samping Rino. Ya, Rino, dia terkenal sebagai Handsome Boy terkenal di sekolah. Dia laki-laki yang pertama kali mencuri hatiku. Yang sampai saat ini aku masih menyukainya. Tapi tak pernah diungkap. Dan murid baru yang sok imut dan sok kece itu duduk di samping Rino. What held? Saat waktu itu juga hatiku seperti disambar listrik 1000 watt. Mati aku. Aku mati.
Ting! Tong! bel istirahat berbunyi.
Sumpah demi apapun, hari ini aku anggap sebagai hari yang paling menyebalkan kedua setelah saat Rino dilendoti banyak siswi genit yang gak tahu malu minggu kemarin. Untung aku masih bisa sabar. Kalau gak, mungkin Nela bakalan jadi korban pelampiasan kekesalanku. Aku memang seperti itu, sangat menyukai Rino, bahkan ini seperti obsesi. Tapi aku masih mengedepankan harga diri, dibanding para siswi genit yang mau melakukan apapun demi mendapatkan perhatian dari Rino. Ihh. Jijik jika membayangkan siswi itu. Dan ini untuk kedua kalinya ada saingan yang mungkin bisa dibilang berat. Dia cukup cantik. Hanya cukup cantik. Itu bukan berarti aku menganggap diriku sendiri lebih cantik dari dia. Aku biasa-biasa saja. Mungkin yang lebih menonjol adalah prestasiku. Mendapat peringkat 2 siswa berprestasi tingkat sekolah. Itu cukup memuaskan bukan.
“sunnyyy. Heii Kamu ke mana aja? Aku cariin tahu..” teriakan Nela cukup membangunkan aku dari kegiatan melamun tentang Rino.
“bisakah tidak berteriak seperti itu. Ku rasa besok telingaku didiagnosis menderita cacat pendengaran kalau mendengar teriakanmu terus” celotehku datar. Raut muka Nela langsung berubah masam.
“heii. Aku biasa seperti ini. Memangnya tidak boleh?”
“tidak”
“ya sudah.. Aku kembali, padahal aku ada berita tentang Rino dan murid baru itu” kata Nela berhasil membuatku menoleh meminta penjelasan.
“memangnya ada apa?” tanyaku penasaran.
“ku dengar, mereka pacaran.” ucap Nela sembari menyruput es teh yang sejak kapan sudah ada di meja kami.
“what?” teriakku kaget, berhasil membuat seluruh siswa menoleh ke arah kami. Langsung saja aku menarik tangan Nela untuk pergi ke kelas yang lebih sepi.
Di kelas.
“jelaskan padaku” tanyaku sangat penasaran.
“ku dengar dari gosip, mereka memang sudah dijodohkan dari kecil. Karena orangtua mereka bersahabat.” jawab Nela.
Serasa ada pedang yang tertohok menembus jantungku. Aku shock medengar hal itu, seketika air mataku menetes. Nela yang melihat itu, langsung menanyaiku khawatir.
“tidak apa-apa” jawabku mencoba untuk tenang. Mecoba berpikir jernih. bahwa mungkin itu hanya issue belaka. Dan hal gila yang menjadi ujung dari pemikiranku adalah aku harus menemui Rino.
Bel masuk, dan memulai kegiatan belajar mengajar kembali.
Pulang sekolah. Aku mengatakan pada Nela bahwa aku akan pulang terlambat. Untuk hal penting. Nela hanya mengangguk. Langsung menuju inti dari rencana. Ku lihat Rino sedang bermain basket di lapangan. Aku mengurungkan niatku dulu. Karena masih ada banyak orang di sana. Setelah menunggu beberapa saat, hanya ada Rino di lapangan itu. Aku mulai memberanikan diri untuk mendekat.
“haii” tanyaku gugup
“ah.. Ada apa??” tanya Rino.
“a-ak-aku emm”
Byuurrr!!!
Belum sempat aku melanjutkan kata-kata, hujan deras mengguyur kami. Langsung saja Rino menarik tanganku untuk berteduh di depan kelas.
Wajahnya basah. Dan itu membuatnya semakin terlihat keren. Aku terus memandangnya, tanpa sadar dia menatapku. Tatapannya tidak bisa diartikan. Walau kami sudah saling mengenal, tetap saja ada rasa canggung. Aku kembali menatapnya. Pandangan kami bertemu. Dan itu malah semakin menambah rasa canggung kami.
“kau sunny kan” dia mulai bercakap.
“i-iya” kataku gugup.
“kau tahu??”
“tidak”
“emm. Aku belum bertanya, kenapa buru-buru bilang tidak” jawabnya menatap lurus kedepan.
“kau saja yang tidak langsung bicara” jawabku polos. Dia hanya tersenyum ‘manis’.
“sebenarnya Murid baru itu sepupuku. Kami tidak dijodohkan. Itu semua hanya gosip” Kata Rino masih menatap lurus kedepan. Aku menaikan sebelah alisku. “kenapa dia berkata seperti itu” batinku.
Aku tidak menjawabnya. Saat tiba-tiba dia menggenggam tanganku erat.
“sebenarnya aku menyukaimu” ucapnya menatapku penuh arti.
Aku hanya melongo. Yang aku berani bersumpah wajahku sangat kebingungan kali ini.
“aku menyukaimu, aku serius. Kita sekarang pacaran.” jawabnya semakin membuat hatiku bergemuruh. Tanpa menanyakan persetujuanku. Dia semakin mengeratkan genggamannya. Tersenyum manis. Kemudian kembali menatap ke arah depan.
Aku pun mengikutinya. Menatap hujan yang menjadi simbol cerita pendekku. Aku tersenyum gembira. Bahwa jatuh cinta itu tidak hanya obsesi. Tetapi suatu takdir dari-Nya yang diberikan kepada setiap manusia.
Cerpen Karangan: Resty Indah Yani
Facebook: Indach Ade Widyaismatriayuningsih
Nama: Resty Indah Yani
TTL: Pemalang, 12 Oktober 2012
Haloo… kenalkan.. Aku penulis baru… Sebenarnya belum bisa disebut penulis sih. Karena tulisanku yang masih pantas disebut ‘coret-coretan belaka’ haha… tapi saya sangat senang jika ada saran dan kritik yang dapat membuat tulisan saya menjadi lebih baik lagi. :) Mohon bantuannya ya… :)

Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.